Ngetrip ke Jogjakarta

Kali ini saya akan menceritakan perjalanan saya ke Jogjakarta, kota dengan seribu budaya.
Pada hari itu, hari Sabtu, 19 Maret 2016. Saya pergi ke Jogjakarta menggunakan Kereta Api Malioboro Ekspress. Saya memesan tiket H-3 sebelum keberangkatan, karena takut kehabisan tiket. Alasan saya ke Jogjakarta sebenarnya adalah untuk menonton konser Captain Jack, Captain Jack adalah grup musik rock alternatif asal Yogyakarta. Band ini dibentuk di Yogyakarta pada tanggal 4 Desember 1999. Mereka awalnya berasal dari Kota Pontianak dan pindah ke Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikan. Anggota band ini terdiri dari lima orang, yaitu Momo (vokal, gitar), Zuhdil (gitar), Novan (bass), Ismeth (keyboard, synth), dan Andi Babon (drum). Captain Jack memiliki genre musik yang memadukan rock alternatif, heavy metal, punk, dan elektronika.
Banyak teman-teman saya yang pro dan kontra terhadap tindakan saya. Ada yang salut karena berani pergi sendiri dan ada pula yang menyayangkan, "untuk apa nonton konser jauh-jauh dan mneghabiskna banyak uang?" pikirnya. Tapi apa mau dikata, namanya juga fans, meskipun ke ujung dunia pun kalau ada uang dan niat pasti dijalani. Bener kan?
Nah, lanjut ke cerita awal. Saya membeli tiket untuk Pulang-Pergi (PP) dengan harga Rp140.000,00 per tiket. Wow, harga yang fantastis untuk mahasiswi seumuran saya. Jadi total untuk tiket menjadi Rp280.000,00.
Saya pergi ke Jogja berangkat dari Stasiun Kota Baru (Kota Malang) pukul 08.25 dan sampai di Jogjakarta pukul 16.40 (yah, terlambat 20 menit dari jadwal di tiket). Setelah sampai di Stasiun, saya dijemput oleh Gugit, seorang lelaki berumur 23 tahun yang baru saya kenal sehari sebelum keberangkatan. Dia adalah adalah seorang "monster jacker" (sebutan fans Captain Jack). Dia bersedia mengantarkan saya ke tempat konser yang jaraknya lumayan jauh dari Stasiun Jogja. Ini nih penampakan stasiunnya..

Gelap yah? soalnya dah mau maghrib sih jadinya agak gelap hehe. Cuss lanjut ke ceritanya. Setelah sampai di stasiun ini, langsung cari toilet terdekat dan ternyata ada di dekat gerbang pintu masuk stasiun. Alhamdulillah, bisa pakpung alias bersih-bersih diri di toilet yang ukurannya cuma 1x1m. Jam menunjukkan sudah pukul 16.00, kebetulan sedang tidak shalat jadinya ga usah cari masjid :p Nah, beberapa menit berselang akhirnya si Gugit datang menjemput sang putri wkwk. Tapi sayangnya, kami ga langsung ke venue, tapi harus nunggu temennya si dia dulu. Setelah satu jam menunggu dengan perasaan sedikit jengkel. akhirnya kami menuju ke tempat tujuan, yaitu Stadion Maguwoharjo, setelah kurang lebih 1 jam akhirnya sampai di tempat tujuan. Yaaah, sayang sekali. waktu memarkirkan motor, eh ternyata Captain Jack sudah nyanyi satu lagu, ketinggalan deh. Wah, langsung lari aja aku dan teman-teman. Langsung menuju ke depan panggung. hihi.




Rame banget ya? Ini adalah konser yang dibintangi oleh 3 band, yaitu Geisha, Mahadewa dan Captain Jack. Tapi acara apa saya lupa wkwk. Nih penampakan vokalisnya, si Bang Momo.


Setelah konser selesai, saya berpisah dengan gugit and friends. Saya ketemu dengan adek saya si Reza yang rumahnya memang ada di Jogja, saya diajak berkeliling Kota Jogja,



Ada yang tau ini dimana? Yaps, ini di keraton Jogjakarta, widiw auranya kentel banget. Saya sampai merinding ketika lewat di depannya, seperti ada bisikan dari hati agar saya segera pergi. Tapi ada satu yang saya heran, di depan keraton kan ada lapangan tuh, gede. Nah, disana saya lihat ada dua orang yang sedang "mematung", entah apa yang mereka lakukan, yang satunya berdiri dan satunya lagi duduk sila. ketika saya bertanya ke adek saya, dia hanya jawab "sudah gausah dilihatin mbak". Rasa penasaran saya semakin memuncak ketika mendekati dua orang tersebut. "Dek, ngapain sih itu?" masih penasaran ceritanya wkwk. Si Reza hanya senyum seperti menyembunyikan sesuatu. Hmm, ah sudahlah. setelah puas berpose manja di depan keraton, akhirnya saya diajak oleh adek saya ke Tugu Jogja, ikon terkenalnya. wihiii. ini penampakannya.

Tugu Jogjakarta adalah sebuah tugu atau monumen yang sering dipakai sebagai simbol atau lambang dari kota Jogjakarta. Tugu ini dibangun oleh Hamengkubuwana I, pendiri kraton Yogyakarta. Tugu yang terletak di perempatan Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Margo Utomo ini, mempunyai nilai simbolis dan merupakan garis yang bersifat magis menghubungkan laut selatan, kraton Jogja dan gunung Merapi. Pada saat melakukan meditasi, konon Sultan Jogjakarta pada waktu itu menggunakan tugu ini sebagai patokan arah menghadap puncak gunung Merapi.

Tugu ini sekarang merupakan salah satu objek pariwisata Jogja, dan sering dikenal dengan istilah “tugu pal putih” (pal juga berarti tugu), karena warna cat yang digunakan sejak dulu adalah warna putih. Tugu pal ini berbentuk bulat panjang dengan bola kecil dan ujung yang runcing di bagian atasnya. Dari kraton Jogjakarta kalau kita melihat ke arah utara, maka kita akan menemukan bahwa Jalan Malioboro, Jalan Margo Utomo, tugu ini, dan Jalan A.M. Sangadji akan membentuk satu garis lurus persis dengan arah ke puncak gunung Merapi. 

Walaupun jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi, tetapi suasana disana semakin ramai, banyak muda-mudi dan komunitas berbagai macam genre berkumpul, mulai dari komunitas motor CB, motor vespa, dan bahkan banci pun juga ada. entah datangnya darimana hahah. Tapi hati-hati ya, karena letaknya di tengah jalan raya, jadi ketika akan menyeberang harus tolah-toleh terlebih dahulu. Biar aman guys.

Perjalanan pun berlanjut, kami menuju pangung krapyak, tempatnya sepi tetapi tetep dong, auranya masih kental walaupun tidak sekental di keraton. di tempat ini, saya merasa sedikit kurang nyaman. Saya merasa ada yang mengawasi, padahal sepi. hmm, ah sudahlah luvakan. mungkin itu cuma perasaan saja.

Panggung Krapyak adalah sebuah bangunan bersejarah berbentuk ruangan menyerupai kubus. Pada masa kesultanan Mataram, Panggung Krapyak digunakan oleh raja-raja Mataram sebagai tempat pengintaian untuk berburu binatang.
Dahulu, Krapyak adalah sebuah hutan yang menjadi tempat tinggal banyak satwa. Para raja Mataram gemar berburu rusa atau menjangan di hutan ini. Untuk itu, dibangunlah sebuah tempat persembunyian oleh  Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengku Buwono I) berupa Panggung sebagai pos berburu sekaligus sebagai daerah pertahanan dari binatang buas.
Panggung Krapyak yang menyerupai kotak ini memiliki ukuran luas 17,6 m x 15 m dan tinggi 10 m. Dindingnya terbuat dari batu bata merah yang dilapisi semen. Pada setiap sisinya terdapat sebuah pintu dan dua buah jendela yang berada di kanan kirinya. Bangunan ini terdiri dari dua lantai. Lantai bawah terbagi ke dalam empat ruangan yang dihubungkan oleh lorong.

Lantai atas atau atapnya adalah sebuah tempat terbuka yang dibatasi oleh pagar di keempat sisinya yang digunakan sebagai tempat berburu binatang. Beberapa orang menduga jika bangunan ini juga digunakan oleh prajurit Mataram sebagai pos pertahanan. Konon dari tempat ini gerakan musuh dari arah selatan bisa dipantau sehingga bisa memberikan peringatan kepada Keraton jika ada bahaya.


Karena perasaan yang kurang sreg atau kurang nyaman, akhirnya saya diajak ke Jemabatan Gondolayu, dari sekian banyak tempat wisata di Jogjakarta, kawasan jembatan Gondolayu menjadi salah satu pilihan tempat untuk nongkrong. Kawasan ini setiap malam selalu dipadati orang-orang, khususnya kawula muda, yang ingin menghabiskan waktu malamnya untuk sekedar mengobrol berbagi cerita.
Puncak keramaian pengunjung yang datang ke jembatan Gondaolayu biasanya terjadi pada akhir pekan. Banyak yang datang untuk menikmati aliran air Sungai Code dari atas jembatan.


Ada yang menarik dari jembatan ini, yaitu adanya tulisan "SHOW YOUR COLORS" yang menyala ketika malam hari, noh ini penampakannya.

Setelah lelah seharian ngetrip, saya mengajak adek saya untuk mencicipi wedang ronde. Maklum, di Malang tidak ada minuman seperti itu, awalnya saya agak aneh dengan rasanya. karena belum pernah yah.

Ronde merupakan tangyuan yang telah bercampur dengan budaya masing-masing daerah atau selera lokal. Cara pembuatannya mirip dengan pembuatan tangyuan oleh penduduk Cina bagian selatan, diisi kacang manis tumbuk, dan disajikan dengan air jahe. Istilah Wedang Ronde merujuk pada air jahe panas (wedang adalah bahasa Jawa yang merujuk pada minuman panas) yang disajikan bersama dengan ronde. Air jahe juga bisa menggunakan gula kelapa, diberi taburan kacang tanah goreng (tanpa kulit), potongan roti, kolang-kaling, dan sebagainya. Wedang Ronde sudah sangat umum bagi masyarakat Indonesia sehingga banyak yang mengira bahwa asalnya adalah asli dari Indonesia.

 Fiiuuuuh, lelahnya, istirahat dulu lah bentar di pelataran keraton. Udaranya nggak terlalu dingin seperti di Malang. Tapi panas, gerah. Jam sudah menunjukkan pukul 04.00, 2 jam lagi saya harus segera ada di Stasiun, karena kereta berangkat pukul 07.30. Saya memuaskan diri istirahat di stasiun bersama Reza.

Akhirnya, sekitar pukul 05.00 saya diantar ke Stasiun dan si Reza pulang ke rumahnya. Sesampainya di stasiun, saya langsung mandi, makan, dan membeli oleh-oleh secukupnya. hingga tibalah waktu saya untuk menaiki kereta yang mengantarkan menuju kota tercinta, Kota Singa, Malang.

Jam menunjukkan pukul 07.30, dan kereta pun berangkat, saya sampai dan selamat sampai Malang pukul 3 sore. Alhamdulillah, perjalanan yang menyenangkan dan penuh pengalaman.

Sampai jumpa Jogja, semoga aku bisa kesana lagi lain waktu. See you, and thankyou yang sudah membantu, Gugit, Reza, dan semuanya.

Yaah, sampai disini cerita perjalananku yang cukup melelahkan. tunggu next perjalanan yang lainnya yaa.. !


0 komentar

Silahkan mengeluarkan unek** yang baik,and jangan nyepam ya..!
Terimakasih udah mampir..!