PENDIDIKAN DALAM LINGKUP KEBUDAYAAN
A.
Pendidikan dalam
Lingkup Kebudayaan
Pada
dasarnya pendidikan tidak akan pernah bisa dilepaskan dari ruang lingkup
kebudayaan. Kebudayaan merupakan hasil perolehan manusia selama menjalin
interaksi kehidupan baik dengan lingkungan fisik maupun non fisik. Hasil
perolehan tersebut berguna untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.Proses
hubungan antar manusia dengan lingkungan luarnya telah mengkisahkan suatu
rangkaian pembelajaran secara alamiah. Pada akhirnya proses tersebut mampu
melahirkan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia. Disini kebudayaan
dapat disimpulkan sebagai hasil pembelajaran manusia dengan alam. Alam telah
mendidik manusia melalui situasi tertentu yang memicu akal budi manusia untuk
mengelola keadaan menjadi sesuatu yang berguna bagi kehidupannya. Antara
pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti
keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yakni nilai-nilai. Dalam konteks
kebudayaan justru pendidikan memainkan peranan sebagai agen pengajaran
nilai-nilai budaya. Dari paparan terakhir dapat ditangkap bahwa pada dasarnya
pendidikan yang berlangsung adalah suatu proses pembentukan kualitas manusia
sesuai dengan kodrat budaya yang dimiliki.
Uraian tentang
pendidikan dan kebudayaan akan diterangkan dalam urutan pembahasan dibawah ini.
1.
Kepribadian dalam
Proses Kebudayaan
Fungsi
pendidikan dalam konteks kebudayaan dapat dilihat dalam perkembangan
kepribadian manusia. Tanpa kepribadian manusia tidak ada kebudayaan, meskipun kebudayaan
bukanlah sekadar jumlah kepribadian-kepribadian. Di dalam perkembangan
kepribadian diperlukan kebudayaan dan seterusnya kebudayaan akan dapat
berkembang melalui kepribadian–kepribadian tersebut.
2. Penerusan
Kebudayaan
Satu
proses yang dikenal luas tentang kebudayaan adalah transmisi kebudayaan. Proses
tersebut menunjukkan bahwa kebudayaan itu ditransmisikan dari satu generasi
kepada generasi berikutnya.
Bahkan banyak ahli pendidikan yang merumuskan proses pendidikan tidak lebih
dari proses transmisi kebudayaan. Di dalam transmisi tersebut kita lihat tiga
unsur utama yaitu, (1) unsur-unsur yang ditransmisi, (2) proses transmisi, dan
(3) cara transmisi. Unsur-unsur
kebudayaan manakah yang ditransmisi? Pertama-tama tentunya unsur-unsur tesebut
ialah nilai-nilai budaya, adat-istiadat masyarakat, pandangan mengenai hidup
serta berbagai konsep hidup lainnya yang ada di dalam masyarakat. Selanjutnya
berbagai kebiasaan sosial yang digunakan dalam interaksi atau pergaulan para
anggota di dalam masyarakat tersebut. Selain itu, berbagai sikap serta peranan
yang diperlukan di dalam dunia pergaulan dan akhirnya berbagai tingkah-laku
lainnya termasuk proses fisiologi, refleks dan gerak atau reaksi-reaksi
tertentu dalam penyesuaian fisik termasuk gizi dan tata-makanan untuk dapat
bertahan hidup.
Proses
transmisi meliputi proses-proses imitasi, identifikasi dan sosialisasi. Imitasi
adalah meniru tingkah laku dari sekitar. Pertama-tama tentunya imitasi di dalam
lingkungan keluarga dan semakin lama semakin meluas terhadap masyarakat lokal.
Yang diimitasi adalah unsur-unsur yang telah dikemukakan di atas. Transmisi
unsur-unsur tidak dapat berjalan dengan sendirinya. Rangkaian transmisi
berangkat dari imitasi, identifikasi, dan sosialisasi, berkaitan dengan
bagaimana cara mentransimisikannya. Dalam hal ini ada dua bentuk peran-serta
dan bimbingan. Cara transmisi dengan peran-serta antara lain dengan melalui
perbandingan.
3.
Pendidikan
dan Proses Pembudayaan
Di
dalam proses pembudayaan terdapat pengertian seperti inovasi dan penemuan,
difusi kebudayaan, akulturasi, asimilasi, inovasi, fokus, krisis, dan prediksi
masa depan serta banyak lagi terminology lainnya. Beberapa proses tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.
Penemuan
atau Invensi
Dengan invensi maka umat manusia dapat menemukan
hal-hal yang dapat mengubah kebudayaan. Dengan penemuan-penemuan melalui ilmu
pengetahuan maka lahirlah kebudayaan industri yang telah menyebabkan suatu
revolusi kebudayaan terutama di negara-negara barat. Kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang begitu pesat telah membuka horizon baru di dalam kehidupan
umat manusia.
b.
Difusi
Difusi kebudayaan berarti pembauran dan
atau penyebaran budaya-budaya tertentu antara masyarakat yang lebih maju kepada
masyarakat yang lebih tradisional. Pada dasarnya setiap masyarakat setiap jaman
selalu mengalami difusi. Hanya saja proses difusi pada jaman yang lalu lebih
bersifat perlahan-lahan.
c.
Akulturasi
Salah satu bentuk difusi kebudayaan
ialah akulturasi. Dalam proses ini terjadi pembaruan budaya antar-kelompok atau
di dalam kelompok yang besar.
d.
Asimilasi
Proses asimilasi dalam kebudayaan
terjadi terutama antaretnis dengan subbudaya masing-masing. Biasanya proses
asimilasi dikaitkan dengan adanya sejenis pembauran antar-etnis masih sangat
terbatas dan kadang-kadang dianggap tabu. Namun dewasa ini proses asimilasi itu
banyak sulit dihilangkan.
e.
Inovasi
Inovasi mengandalkan adanya pribadi yang
kreatif. Dalam setiap kebudayaan terdapat pribadi-pribadi yang inovatif. Dalam
masyarakat yang sederhana yang relatif masih tertutup dari pengaruh kebudayaan
luar, inovasi berjalan dengan lambat. Dalam masyarakat yang terbuka kemungkinan
untuk inovasi menjadi terbuka karena didorong oleh kondisi budaya yang
memungkinkan. Oleh sebab itu, di dalam masyarakat modern mpribadi yang inovatif
merupakan syarat mutlak bagi perkembangan kebudayaan. Inovasi merupakan dasar
dari lahirnya suatu masyarakat dan budaya modern di dalam dunia yang terbuka
dewasa ini.
f.
Fokus
Konsep ini menyatakan adanya
kecenderungan di dalam kebudayaan ke arah kompleksitas dan variasi dalam
lembaga-lembaga serta menekankan pada aspek-aspek tertentu. Artinya berbagai
kebudayaan memberikan penekanan kepada suatu aspek tertentu misalnya kepada
aspek teknologi, aspek kesenian seperti dalam kebudayaan Bali, aspek perdagangan,
dan sebagainya. Dalam proses pembudayaan melalui fokus itu kita lihat betapa
besar peranan pendidikan. Pendidikan dapat memainkan peranan penting di dalam
terjadinya proses perubahan yang sangat mendasar tersebut tetapi juga yang
dapat menghancurkan kebudayaan itu sendiri.
g.
Krisis
Konsep tersebut merupakan konsekuensi
akibat proses akulturasi kebudayaan. Suatu contoh yang jelas timbulnya krisis
di dalam proses westernisasi terhadap kehidupan budaya-budaya Timur. Sejalan
dengan maraknya kolonialisme ialah masuknya unsur-unsur budaya Barat memasuki
dunia ketiga. Terjadilah proses akulturasi yang kadang-kadang menyebabkan
hancurnya kebudayaan lokal.
h.
Visi
Masa Depan
Suatu hal yang baru dalam proses
pembudayaan dewasa ini ialah peranan visi masa depan. Terutama dalam dunia
global tanpa-batas dewasa ini diperlukan suatu visi ke arah mana masyarakat dan bangsa kita akan
menuju. Tanpa visi yang jelas yaitu visi yang berdasarkan nilai-nilai yang
hidup di dalam kebudayaan bangsa (Indonesia), akan sulit untuk menentukan arah
perkembangan masyarakat dan bangsa kita ke masa depan, atau pilihan lain ialah
tinggal mengadopsi saja apa yang disebut budaya global.
B.
Perubahan
Sosial dan Pendidikan
Sejalan
dengan penjelasan perubahan sosial di atas maka sebenarnya di manakah letak
posisi pendidikan. Dalam hal ini kita mengingat penuturan Eisentandt dalam
Faisal dan Yasik (1985) institusionalisasi merupakan proses penting untuk
membantu berlangsungnya transformasi potensi-potensi umum perubahan sehingga
menjadi kenyataan sejarah. Pendidikan adalah suatu institusi pengkonservasian
yang berupaya menjembatani dan memelihara warisan budaya suatu masyarakat.
Melihat perkembangan masyarakat yang sering dilanda perubahan secara tiba-tiba,
maka kemungkinan terjadinya dampak negatif yang akan menggejala ke dalam
kehidupan masyarakat tidak dapat dihindari kehadirannya.
Gejala
ketimpangan budaya atau cultural lag, harus dapat diminimalisasi
pengaruhnya ke dalam tatanan kehidupan masyarakat. Untuk itu sebagai lembaga
yang berfungsi menjaga dan mengarahkan perjalanan masyarakat, pendidikan harus
dapat menangkap potensi kebutuhan masyarakat. Dalam proses perubahan sosial
modifikasi yang terjadi seringkali tidak teratur dan tidak menyeluruh, meskipun
sendi-sendi yang berubah itu saling berkaitan secara erat, sehingga melahirkan
ketimpangan kebudayaan. Dikatakan pula olehnya bahwa cepatnya perubahan
teknologi jelas akan membawa dampak luas ke seluruh institusi-institusi
masyarakat sehingga munculnya kemiskinan, kejahatan, kriminalitas dan lain sebagainya
merupakan dampak negatif yang tidak bisa dicegah. Untuk itulah pendidikan harus
mampu melakukan analisis kebutuhan nilai, pengetahuan dan teknologi yang paling
mendesak dapat mengantisipasi kesiapan masyarakat dalam menghadapi perubahan.
C. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Perubahan Kebudayaan Masyarakat
a. Kekuatan
Demokratisasi
Saat ini gelombang demokratisasi sedang
melanda dunia. Semenjak beberapa waktu lalu dimana-mana telah terjadi
penghancuran dinasti pemerintah otoriter oleh rakyat beriringan dengan
tumbuhnya pemerintah yang demokratis. Meskipun bukannya tanpa hambatan namun
dewasa ini menurut Huntington (1995) gelombang demokratisasi telah mencapai
tahap ketiga. Menurut pengamatannya gelombang demokratisasi yang pertama
berakar dari revolusi Perancis dan revolusi Amerika yang memperjuangkan hak-hak
rakyat untuk mengatur dirinya sendiri. Gelombang kedua terutama terjadi setelah
perang dunia kedua dengan lahirnya nagara-negara baru di Afrika dan Asia dari
daerah-daerah bekas penjajahan. Gelombang ketiga ditandai oleh pemerintah
diktator di Eropa Selatan seperti Portugal telah terjadi penumbangan
pemerintahan diktator pada tahun 1974, diikuti oleh pendemokrasian
negara-negara Eropa Selatan lainnya seperti Yunani dan Spanyol. Sejak tahun
1980 proses demokratisasi mulai menelan dunia komunis seperti Polandia.
Rontoknya negara-negara komunis pada penghujung
tahun 80-an ditandai oleh rontoknya tembok Berlin yang memisahkan Berlin Barat
yang demokratis dan Berlin Timur yang komunis. Rontoknya pemerintahan diktator
komunis mencapai klimaksnya dengan bubarnya negara Uni Sovyet. Sampai permulaan
abad 21 ini proses demokratisasi terus berlangsung. Sampai di sini kita lihat
pengertian demokrasi berhubungan
dengan
sistem pemerintahan, yaitu pemerintah oleh rakyat melalui para wakilnya di
dalam suatu dewan atau majelis. Demokrasi itu sendiri bukan merupakan suatu
nama benda tetapi lebih merupakan suatu proses yaitu proses demokratisasi.
b.
Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
Bagaimanakah
dengan keadaan kehidupan masyarakat dan negara dewasa ini? Ternyata sumber
kemakmuran dan kekuatan bukan lagi terletak pada luas wilayah dan sumber daya
alamnya yang melimpah tetapi telah berpindah pada penguasaan pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Inilah peradaban baru umat manusia. Terdapat tiga
kekuatan yang dominan yaitu:
1) ilmu
pengetahuan,
2) teknologi
sebagai penerapan ilmu pengetahuan,
3)
informasi.
Ketiga
kekuatan ini tidak berhubungan lagi secara langsung dengan nasionalitas. Ilmu
pengetahuan tidak perlu menyebarangi tapal batas suatu Negara dan oleh sebab
itu tidak lagi memerlukan paspor dan visa. Demikian pula informasi berembus ke
mana-mana tanpa batas dan tidak ada yang dapat menghentikan atau menghambatnya.
c.
Globalisasi
Globalisasi
adalah proses kebudayaan yang ditandai dengan adanya kecenderungan
wilayah-wilayah di dunia, baik geografis maupun fisik, menjadi seragam dalam
format sosial, budaya, ekonomi dan politik. Dalam kehidupan sosial proses
global telah menciptakan egalitarianisme. Di bidang budaya memicu munculnya
internalisasi kultural, di bidang ekonomi menciptakan saling ketergantungan
dalam proses produksi dan pemasaran, dan di bidang politik menciptakan
liberalisasi. Hal-hal nyata yang terlihat dalam era global adalah meningkatnya
integrasi ekonomi antar negara-negara di dunia, baik antarnegara maju,
berkembang, dan keduanya. Globalisasi dengan demikian diwarnai oleh ekspansi
pasar dalam bentuk konkret menjelma dalam berbagai penyelenggaraan pasar-pasar
bersama regional seperti AFTA, NAFTA, APEC, EEC, dll. Ini merupakan ekspansi
hubungan dagang serta formasi wilayah pasar terpadu di benua-benua Asia, Eropa,
Amerika, Australia, dll. Proses per85 luasan pasar di seluruh wilayah penjuru
dunia tersebut merupakan sebuah rekayasa sosial dengan skala luas, yang belum
pernah terbayangkan sebelumnya, dengan menggunakan berbagai instrument seperti
ilmu pengetahuan, teknologi, institusi sosial, politik dan kebudayaan.
C.
Pendidikan
sebagai Dasar Pengembangan Masyarakat
Baru
Pendidikan
telah dijadikan prioritas utama dan pertama dari banyak negara untuk dijadikan
sebagai pondasi membangun masyarakat yang lebih demokratis, terbuka bagi
perubahan-perubahan global dan menghadapi masyarakat digital.
1.
Arah
Baru Pedagogik
Dalam
perkembangannya, pedagogik terbatas kepada masalah-masalah mikro pendidikan,
seperti perkembangan anak, proses belajar dan pembelajaran, fasilitas
pendidikan, biaya pendidikan, manajemen pendidikan dan sebagainya. Di dalam
perkembangannya dewasa ini, pedagogik ternyata tidak terlepas dari
perubahan-perubahan sosial, politik dan ekonomi. Pedagogik bukan sekadar
mencermati perkembangan anak sejak lahir sampai dewasa, atau mengenai proses
pendidikan orang dewasa, atau menyimak mengenai proses belajar dan
pembelajaran, tetapi lebih luas daripada itu, yaitu menempatkan perkembangan
dan kehidupan manusia di dalam tetanan kehidupan global. Dengan demikian,
pedagogik bukan hanya terbatas kepada ilmu mendidik dalam arti sempit, atau
sekadar aplikasi ilmu jiwa pendidikan, tetapi juga membahas mengenai keberadaan
manusia di dalam kebersamaan hidup yang mengglobal bagi umat manusia.
2.
Pendidikan,
Ekonomi, Politik, dan Kebudayaan
Pedagogik
orientasi baru tersebut di atas, menunjukkan keterkaitan yang erat antara
pedagogik dengan pertumbuhan ekonomi serta pertumbuhan politik. Demikian selanjutnya,
pedagogik tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan di mana pendidikan itu
merupakan bagian dari padanya. Kebudayaan merupakan sarana, bahkan jiwa dari
kohesi sosial dari suatu masyarakat. Tanpa kohesi sosial tidak mungkin lahirnya
proses pendidikan. Demikianlah kita melihat bagaimana peranan pendidikan di
dalam menata suatu masyarakat baru. Masyarakat baru yang berdasarkan paradigma
baru, akan dapat dipersiapkan melalui proses pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Kamanto Sunarto. Pengantar
Sosiologi. Sebuah Bunga Rampai: Jakarta Obor Indonesia, 1985.
Koentjaraningrat
(ed). Masyarakat Desa di Indonesia Masa Ini. Jakarta: Yayasan Badan
Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, 1964.
Koentjaraningrat. Manusia
dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Penerbit Djambatan, 1971.
Soerjono Soekanto. Teori
Sosiologi Tentang Perubahan Sosial. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983.
http://staff.undip.ac.id/sastra/dhanang/2009/07/23/peningkatan-kualitas-pembelajaran-sejarah
http://arsaundagy.wordpress.com/2011/03/28/pengaruh-pendidikan-terhadap-perubahan-kebudayaan/
0 komentar
Silahkan mengeluarkan unek** yang baik,and jangan nyepam ya..!
Terimakasih udah mampir..!