TEORI BELAJAR KOGNITIF DAN PENERAPANNYA
A. Pengertian Teori Belajar Kognitif
Teori belajar merupakan
upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga membantu kita
semua memahami proses inhern yang kompleks dari belajar. Ada tiga perspektif
utama dalam teori belajar, yaitu Behaviorisme, Kognitivisme, dan
Konstruktivisme. Pada dasarnya teori pertama dilengkapi oleh teori kedua dan
seterusnya, sehingga ada
varian,
gagasan utama, ataupun tokoh yang tidak dapat dimasukkan dengan jelas termasuk
yang mana, atau bahkan menjadi teori tersendiri. Namun hal ini tidak perlu kita
perdebatkan. Yang lebih penting untuk kita pahami adalah teori mana yang baik
untuk diterapkan pada kawasan tertentu, dan teori mana yang sesuai untuk
kawasan lainnya. Pemahaman semacam ini penting untuk dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran.
Kognitivis
mengalihkan perhatiannya pada “otak”. Mereka berpendapat bagaimana manusia
memproses dan menyimpan informasi sangat penting dalam proses belajar. Akhirnya
proposisi (gagasan awal) inilah yang menjadi fokus baru mereka. Kognitivisme
tidak seluruhnya menolak gagasan behaviorisme, namun lebih cenderung
perluasannya, khususnya pada gagasan eksistensi keadaan mental yang bisa
mempengaruhi proses belajar. Pakar psikologi kognitif modern berpendapat bahwa
belajar melibatkan proses mental yang kompleks, termasuk memori, perhatian,
bahasa, pembentukan konsep, dan pemecahan masalah. Mereka meneliti bagaimana
manusia memproses informasi dan membentuk representasi mental dari orang lain,
objek, dan kejadian. Dalam makalh
ini akan dijabarkan teori belajar kognitif yang dikemukakan oleh Tolman, Gagne
dan Piaget.
B. Teori Belajar Kognitif Menurut Tolman
Para
tokoh behavioris seperti, Pavlov, Watson, Guthrie, dan Hull, mengatakan bahwa
asosiasi-asosiasi stimulus respons itu yang dipelajari dan melibatkan hubungan
S-R yang komplek. Atau belajar adalah perubahan dengan tingkah laku sebagai
dari interaksi antara lain stimulus dan respons. Menurut Tolman, belajar
adalah mengenal tentang situasi. Organisme belajar tentang sesuatu yang ada di
sekitarnya, jika ia berbalik ke kiri, ia akan menemukan sesuatu. Jika ia
berbalik ke kanan, ia temukan juga sesuatu yang lain. Hal ini terjadi secara
berangsur-angsur, sehingga ia dapat membuat kesimpulan sendiri. Dengan
demikian, menurut Tolman, belajar itu akan sia-sia jika hanya dihafal. Sehingga
dapat dikatakan bahwa belajar adalah merupakan pengorganisasian perbuatan
(tingkah laku) untuk meraih maksud.
1. Konfirmation
versus Reinforcement
konsep
penguatan (reinforcement) adalah tidak penting bagi Tolman sebagai
variable pembelajaran. Akan tetapi, Tolman menyebutkan hal tersebut sebagai
konfirmasi, di mana behavioris menyebutnya Rinforcement. Selama
perkembangan sebuah peta kognitif, harapan atau dugaan-dugaan dimanfaatkan oleh
sebuah organisme. Dugaan adalah sebuah firasat tentang sesuatu dan fungsinya.
Di mana awal sebuah dugaan bersifat sementara yang disebut hipotesis, yang
berasal baik dari pengalaman maupun bukan. Hipotesis yang telah dikonfirmasikan
akan dipakai. Sedangkan hipotesis yang salah akan dibuang. Yang harus
diperhatikan adalah proses penerimaan maupun penolakan hipotesis merupakan
sebuah proses kognitif bukan termasuk tindakan behavior.[9]
Bisa dikatakan bahwa konfirmasi itu semacam berhipotesis, sebab dalam
konfirmasi itu ada harapan menemukan apa menuju apa dengan menggunakan prinsip
dasar bahwa sebenarnya tingkah laku itu memiliki tujuan.
2. Vicarious
Trial and Error
Tolman
memperhatikan karakteristik tikus dalam kebingungan (jalan simpag siur).
Sehingga ia bisa memanfaatkannya sebagai pendukung untuk menafsirkan teori
belajarnya. Seekor tikus sering berhenti pada suatu titik tertentu dan memandang
sekelilingnya seolah-olah berpikir tentang berbagai alternatif yang ada.
Kegiatan seperti ini (berhenti dan memandang sekelilingnya) yang disebut Tolman
sebagai Vicarious Trial and Error, sehingga organisme itu bisa
membuat kesimpulan sendiri dari berbagai kegiatan yang telah dilakukannya.
3. Learning Versus
Performance
Menurut
Tolman, kita mengetahui banyak hal tentang lingkungan di sekitar kita, akan
tetapi, kita hanya akan melaksanakan informasi atau pengetahuan itu ketika kita
harus melakukannya. Dalam status kebutuhan (need), organisme
memanfaatkan apa yang telah dipelajarinya hingga sampai pada real testing yang
bisa mengurangi kebutuhan itu. Misalnya, ada dua kran air dalam rumah kita,
dalam jangka waktu yang lama, kita tidak pernah memperhatikan atau meminumnya
hingga suatu saat terasa sangat haus. Secara spontan kita akan meminum salah
satu dari keduanya. Dari sini, kita akan mengetahui bagaimana menemukan air
minum itu tanpa harus menunggu hingga terasa haus.
4. Latent Learning
Latent
learning (pembelajaran laten) adalah pembelajaran
yang tidak langsung dalam kinerja seseorang. Dengan kata lain,
pembelajaran laten merupakan suatu jenis pembelajaran dimana hasil pembelajaran
tersebut tidak langsung terlihat; hal ini terjadi tanpa suatu penguatan yang
nyata. Konsep tentang latent learning sangat penting bagi Tolman, dan
dia merasa sukses dalam mendemonstrasikan eksistensinya.
5. Reinfocement Expectancy
Menurut
Tolman, ketika kita belajar, kita menganalisa “situasi”. Term understanding selalu
ada hubungannya dengan Tolman sebagaimana para behavioris. Dalam situasi problem-solving,
kita belajar untuk memperoleh cara yang paling paktis. Kita belajar untuk
mengharapkan terjadinya persitiwa tertentu, mengikuti peristiwa yang lain.
Seekor binatang mengharapkan jika ia pergi ke suatu tempat tertentu, maka ia
akan menemukan reinforcer tertentu. Manurut pada ahli teori S-R, bahwa
merubah reinforcer dalam teori belajar tidak akan mengganggu prilaku
sepanjang kuantitas reinforcement tidak dirubah secara drastis.
Sedangkan menurut Tolman, ia memprediksikan, jika reinforcer dirubah,
prilaku akan terganggu, karena reinforcement expectancy merupakan bagian
dari apa yang diharapkan.
C. SIX KINDS OF LEARNING
Dalam
artikelnya (1949), "There is More than One Kind of Learning", Tolman
membagi belajar menjadi enam macam.
- Cathexes
Cathexis (jamak chatexes) mengacu
pada kecenderungan belajar untuk berhubungan dengan obyek tertentu serta drive
state tertentu. Misalnya, makanan tertentu yang tersedia bisa jadi mencukupi
rasa lapar seseorang yang hidup di suatu negeri. Masyarakat yang hidup di suatu
negeri, di mana ikan selalu dimakan akan cenderung untuk dicari guna memenuhi
rasa laparnya. Individu-individu yang sama akan menghindari daging sapi atau
spageti karena bagi mereka, makanan itu tidak dihubungkan dengan kepuasan rasa
lapar. Karena stimuli tertentu itu dihubungkan dengan kepuasan drive tertentu,
sehingga stimuli-stimuli itu akan cenderung untuk dicari-cari ketika drive itu
terulang.
- Equivalence Beliefs
Ketika sebuah "subgoal"
mempunyai pengaruh yang sejenis dengan dirinya, maka subgoal itu dikatakan
mendasari sebuah equivalence belief. Hal seperti ini hamper sesuai dengan yang
disebut oleh para ahli teori S-R sebagai secondary reinforcement. Tolman (1949)
menganggap bahwa jenis belajar ini termasuk dalam typical "social
drives" dari pada physiological drives. Misalnya, sepanjang dapat
dipertunjukkan bahwa dengan need siswa untuk cinta dan penerimaan yang baik
tanpa harus menceritakan tentang nilai ataupun kualitasnya, kemudian kita ingin
mempunyai bukti untuk equivalence belief.
Di sini ada sedikit perbedaan antara
Tolman dan para ahli teori S-R, kecuali pada sebuah fakta di mana Tolman
menyebut "love reduction" sebagai reinforcement, dan para teori S-R
lebih suka menyebutnya sebagai penurunan drive seperti rasa haus atau lapar.
- Field Expectancies
Ini dikembangkan dengan cara yang
sesuai menurut perkembangan peta kognitif. Sebuah organisme belajar tentang
obyek dan fungsinya. Ketika melihat suatu tanda tertentu ia mengharapkan sign
yang lain akan mengikutinya. Pengetahuan umum tentang lingkungan digunakan
untuk menerangkan latent learning dan place learning. Hal seperti ini bukan
merupakan S-R learning melainkan S-S learning atau sign-sign learning. Di mana ketika
seekor binatang melihat suatu sign, maka ia belajar dan berharap akan diikuti
oleh yang lain. Satu-satunya "reinforcement" yang penting untuk jenis
belajar seperti ini adalah konfrmasi sebuah hipotesis.
- Field-Cognition Modes
Jenis belajar seperti ini kurang
diminati oleh Tolman. Ini adalah sebuah strategi, cara pendekatan untuk situasi
problem-solving. Hal ini merupakan sebuah tendensi untuk menyusun perceptual
field dalam bentuk tertentu. Tolman mencurigai bahwa kecenderungan ini adalah
bawaan, tetapi bisa dimodifikasi dengan pengalaman. Sesungguhnya hal paling
utama pada strategi yang bekerja dalam pemecahan masalah adalah akan dicoba
pada situasi yang sama pada masa yang akan datang. Seperti itulah field
cognition modes yang efektif, atau problem-solving, yaitu memindahkan
permasalahan-permasalahan yang berhubungan.
- Drive Discrimination
Drive discrimination hanya mengacu
kepada fakta bahwa organisme dapat menentukan status drive mereka sendiri. Oleh
karena itu, mereka mampu merespon sewajarnya. Contohnya, telah ditemukan bahwa
seekor binatang dapat dilatih untuk masuk searah dalam T-maze, ketika mereka
marasa lapar ataupun haus.
- Motor Patterns
Tolman menunjukkan bahwa teorinya
sebagian besar itu terkait dengan ide asosiasi bukan terkait dengan ide yang
berhubungan dengan prilaku. Motor patern learning ini merupakan suatu usaha
untuk memecahkan sebuah masalah. Tolman menerima interpretasi Guthrie tentang
bagaimana respon bisa menjadi hubungan dengan stimuli.
B.
teori belajar menurut Gagne
Pembelajaran
menurut Gagne. adalah seperangkat proses yang bersifat internal
bagi setiap individu sebagai hasil transformasi rangsangan yang berasal dari
persitiwa eksternal di lingkungan individu yang bersangkutan (kondisi).
Agar kon-disi eksternal itu lebih bermakna sebaiknya diorganisasikan dalam
urutan persitiwa pembelajaran (metode atau perlakuan). Selain itu, dalam
usaha mengatur kondisi eksternal dierlukan berbagai rangsangan yang dapat
diterima oleh panca indra, yang dikenal dengan nama media dan sumber belajar.
Pembelajaran menurut Gagne hendaknya mampu
menimbulkan persitiwa belajar dan proses kognitif. Peristiwa belajar (instructional
events) adalah persitiwa dengan urutan sebagai berikut : menimbulkan minat
dan memusatkan perhatian agar peserta didik siap menerima pelajaran,
menyampaikan tujuan pembelajaran agar pseerta didik tahu apa yang diharapkan
dala pembelajaran itu, mengingat kembali konsep/prinsip yang telah dipelajari
sebelumnya yang merupakan prasyarat, menyampaikan materi pembelajaran, memebrikan
bimbingan atau pedoman untuk belajar, membangkitkan timbulnya unjuk kerja
peserta didik, memberikan umpan balik tentang kebenaran pelaksanaan tugas,
mengukur/evaluasi belajar, dan memperkuat referensi dan transfer belajar.
sembilan peristiwa pembelajaran Gagne dalam bentuk
bagan sebagai berikut:
No
|
Peristiwa Pembelajaran
|
Penjelasan
|
1
|
Menimbulkan minat dan memusatkan perhatian
|
Peserta
didik tidak selalu siap dan fokus pada awal pembelajaran. Guru perlu
menimbulkan minat dan perhatian anak didik melalui penyampaian sesuatu yang
baru, aneh, kontradiktif atau kompleks
|
2
|
Menyampaikan tujuan pembelajaran
|
Hal ini
dilakukan agar peserta didik tidak menebak-nebak apa yang diharapkan dari
dirinya oleh guru. Mereka perlu mengetahui unjuk kerja apa yang akan
digunakan sebagai indikator penguasaan pengetahuan atau keterampilan
|
3
|
Mengingat kembali konsep/prinsip yang telah
dipelajari yang merupakan prasyarat
|
Banyak
pengetahuan baru yang merupakan kombinasi dari konsep, prinsip atau informasi
yang sebelumnya telah dipelajari, untuk memudahkan mempelajari materi baru
|
4
|
Menyampaikan materi pembelajaran
|
Dalam
menjelaskan materi pembelajaran, menggunakan contoh, penekanan untuk
menunjukkan perbedaan atau bagian penting, baik secara verbal maupun
menggunakanfitur tertentu (warna, huruf miring, garisbawahi, dsb)
|
5
|
Memberikan bimbingan atau pedoman untuk belajar
|
Biimbingan
diberikan melalui pertanyaan-pertanyaan yang membiimbing proses/alur pikir
peserta didik. Perlu diperhatikan agar bimbingan tidak diberikan secara
berlebihan
|
6
|
Memperoleh unjuk kerja peserta didik
|
Peserta
didik diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari, baik untuk
myakinkan guru maupun dirinya sendiri
|
7
|
Memberikan umpan balik tentang kebenaran pelaksanaan
tugas
|
Umpan
balik perlu diberikan untuk membantu peserta didik mengetahu sejauh mana
kebenaran atau unjuk ekrja yang dihasilkan
|
8
|
Mengukur/mengevaluasi
hasil belajar
|
Pengukuran
hasil belajar dapat dilakukan melalui tes maupun tugas. Perlu
diperhatikan validitas dan reliabilitas tes yang diberikan dari hasil
observasi guru
|
9
|
Memperkuat
referensi dan transfer belajar
|
Referensi
dapat ditingkatkan melalui latihan berkali-kali menggunakan prinsip yang
dipelajari dalam konteks yang berbeda. Mondisi/situasi pada saat
transfer belajar diharapkan terjadi, harus berbeda. Memecahkan masalah
dalam suasana di kelas akan sangat berbeda dengan susasana riil yang
mengandung resiko
|
Menurut Gagne, belajar memberi
kontribusi terhadap adaptasi yang diperlukan untuk mengembangkan proses yang logis,
sehingga perkembangan perilaku (behaviour) adalah hasil dari efek
belajar yang kumulatif serta tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena
belajar bersifat kompleks.
Gagne juga
mengkaji masalah belajar yang kompleks dan menyimpulkan bahwa informasi dasar
atau keterampilan sederhana yang dipelajari mempengaruhi terjadinya belajar
yang lebih rumit. Menurut Gagne ada lima kategori kemampuan belajar,
yaitu
a.
keterampilan intelektual atau kemmepuan seseorang untuk berinteraksi dengan
lingkungannya masing-masing dengan penggunaan lambang. Kemampuan ini
meliputi:
(1)
asosiasi dan mata rantai (menghubungkan suatu lambang dengan suatu fakta)
(2)
diskriminasi (membedakan suatu lambang dengan lambang lain)
(3)
konsep (mendefinisikan suatu pengertian atau prosedur)
(4)
kaidah (mengkombinasikan beberapa konsep dengan suatu cara)
(5)
kaidah lebih tinggi (menggunakan beberapa kaidah dalam memecahkan suatu
masalah)
b.
strategi/siasat kognitif yaitu keterampilan peserta didik untuk mengatur proses
internal perhatian, belajar, ingatan dan pikiran
c.
informasi verbal, yaitu kemampuan untuk mengenal dan menyimpan nama atau
istilah, fakta, dan serangkaian fakta yang merupakan kumpulan pengetahuan
d.
keterampilan motorik, yaitu keterampilan mengorganisasikan gerakan sehingga
terbentuk keutuhan gerakan yang mulus, teratur, dan tepat waktu
e.
sikap, yaitu keadaan dalam diri peserta didik yang mempengaruhi (bertindak
sebagai moderator atas pilihan untuk bertindak). Sikap ini meliputi
komponen afektif, kognitif dan psikomotorik.
Untuk
mempermudah pembahasan kelima kemampuan belajar ini disajikan dalam tabel
sebagai berikut :
No
|
Jenis hasil belajar
|
Deskripsi kemampuan
|
Contoh
|
1
|
Kemampuan
intelektual
|
Menerapkan
konsep dan peraturan untuk mengatasi masalah dan ide-ide untuk menghasilkan
produk
|
Mentakhrij
hadits untuk mengetahui validitas hadits untuk selanjutnya digunakan sebagai
dasar penentuan sebuah fatwa agama
|
2
|
Strategi
kognitif
|
Mengelola
pikiran dan proses belajar seseorang
|
Secara
selektif menggunakan pendekatan ushul fiqih, ilmu hadits dan ilmu tafsir
dalam beristinbath hukum mengenai suatu permasalahan kontemporer yang
belum pernah dibahas sebelumnya
|
3
|
Informasi
verbal
|
Menyebut,
menceritakan, atau menggambarkan informasi yang telah tersimpan sebelumnya
|
Menyebutkan
kaidah-kaidah ushul fiqih
|
4
|
Kemampuan
keterampilan motorik (skill)
|
Melaksanakan
suatu tindakan dengan tepat dan cepat
|
Seorang
yang hafal al-Quran segera dapat membenarkan bacaan ketika terjadi kesalahan
yang tidak disengaja
|
5
|
Sikap
|
Menentukan
tidakan pribadi
|
Dalam
sebuah majelas taklim, seorang ulama mendengarkan pertanyaan umat mengenai
berbagai masalah agama yang mereka hadapi dan dapat merespons dalam majelis
tersebut
|
Gagne juga
menyatakan bahwa untuk dapat memperoleh dan menguasai kelima kategori kemampuan
belajar tersebut di atas, ada sejumlah kondisi yang perlu diperhatikan oleh
pendidik. Ada kondisi belajar internal yang timbul dari memori peserta
didik sebagai hasil belajar sebelumnya, dan ada sejumlah kondisi eksternal
ditinjau dari peserta didik. Kondisi eksternal ini bila diatur dan
dikelola dengan baik merupakan usaha untuk membelajarkan, misalnya pemanfaatan
atau penggunaan berbagai media dan sumber belajar.
Berdasarkan
kondisi internal dan eksternal tersebut, Gagne menjelaskan bagaimana proses
belajar itu terjadi. Model proses belajar yang dikembangkan oleh Gagne
didasarkan pada teori pemrosesan informasi , yaitu sebagai berikut:
a.
Rangsangan yang diterima panca indera akan disalurkan ke pusat syaraf dan
dikenal sebagai informasi.
b.
Informasi dipilih secara selektif, ada yang dibunag, ada yang disimpan dalam
memori jangka pendek, dan ada yang disimpan dalam memori jangka panjang.
c.
Memori-memori ini tercampur dengan memori yang telah ada sebelumnya, dan dapat
diungkap kembali setelah dilakukan pengolahan.
Didasarkan
atas teori pemrosesan infromasi tersebut, Gane mengemukakan bahwa suati
tindakan belajar meliputi delapan kejadian-kejadian eksternal yang dapat
distrukturkan oleh siswa dan guru, dan setiap fase ini dipasangkan dengan suatu
proses internal yang terjadi dalam pikiran siswa.
C. teori
belajar menurut piaget
Teori kognitif dari Jean Piaget ini
masih tetap diperbincangkan dan diacu dalam bidang pendidikan. Teori ini mulai
banyak dibicarakan lagi kira-kira permulaan tahun 1960-an. Pengertian kognisi
sebenarnya meliputi aspek-aspek struktur intelek yang digunakan untuk
mengetahui sesuatu. Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif bukan hanya
hasil kematangan organisme, bukan pula pengaruh lingkungan semata, melainkan
hasil interaksi diantara keduanya.
Menurut Piaget,
perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu 1) kematangan, sebagai hasil
perkembangan susunan syaraf; 2) pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara
orgnisme dengan dunianya; 3) interaksi social, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh
dalam hubungannya dengan lingkungan social, dan 4) ekullibrasi, yaitu adanya
kemampuan atau system mengatur dalam diri organisme agar dia selalu mempau
mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
System yang
mengatur dari dalam mempunyai dua factor, yaitu skema dan adaptasi. Skema
berhubungan dengan pola tingkah laku yang teratur yang diperhatikan oleh
organisma yang merupakan akumulasi dari tingkah laku yang sederhana hingga yang
kompleks. Sedangkan adaptasi adalah fungsi penyesuaian terhadap lingkungan yang
terdiri atas proses asimilasi dan akomodasi.
Piaget
mengemukakan penahapan dalam perkembangan intelektual anak yang dibagi ke dalam
empat periode, yaitu :
Periode sensori-motor ( 0 – 2,0 tahun )
Periode pra-operasional (2,0 – 7,0
tahun )
Periode operasional konkret ( 7,0 –
11,0 tahun )
Periode opersional formal ( 11,0 –
dewasa )
Tujuan teori
Piaget adalah untuk menjelaskan mekanisme dan proses perkembangan intelektual
sejak masa bayi dan kemudian masa kanak-kanak yang berkembang menjadi seorang
individu yang dapat bernalar dan berpikir menggunakan hipotesis-hipotesis.
Piaget
menyimpulkan dari penelitiannya bahwa organisme bukanlah agen yang pasif dalam
perkembangan genetik. Perubahan genetic bukan peristiwa yang menuju
kelangsungan hidup suatu organisme melainkan adanya adaptasi terhadap
lingkungannya dan adanya interaksi antara organisme dan lingkungannya. Dalam
responnya organisme mengubah kondisi lngkungan, membangun struktur biologi
tertentu yang ia perlukan untuk tetap bisa memoertahankan hidupnya.perkembangan
kognitif yang dikembangkan Piaget banyak dipengaruhi oleh pendidikan awal
Piaget dalam bidang biologi. Dari hasil penelitiannya dalam bidang biologi. Ia
sampai pada suatu keyakinan bahwa suatu organisme hidup dan lahir dengan dua
kecenderunngan yang fundamental, yaitu kecenderunag untuk :
1.
beradaptasi
2.
organisasi ( tindakan penataan )
untuk
memahami proses-proses penataan dan adaptasi terdapat empat konsep dasar, yaitu
sebagai berikut :
1. Skema
istilah skema
atau skemata yang diberikan oleh Piaget untuk dapat menjelaskan mengapa
seseorang memberikan respon terhadap suatu stimulus dan untuk menjelaskan
banyak hal yang berhubungan dengan ingatan.
Skema adalah
struktur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk mengadaptasi diri terhadap
lingkungan dan menata lingkungan ini secara intelektual.
Adaptasi
terdiri atas proses yang saling mengisi antara asimilasi dan akomodasi
2. Asimilasi
asimilasi itu
suatu proses kognitif, dengan asimilasi seseorang mengintegrasikan bahan-bahan
persepsi atau stimulus ke dalam skema yan ada atau tingkah laku yang ada.
Asimilasi berlangsung setiap saat. Seseorang tidak hanya memperoses satu
stimulis saja, melainkan memproses banyak stimulus. Secara teoritis, asimilasi
tidak menghasilkan perubahan skemata, tetapi asimilasi mempnagruhi pertumbuhan
skemata. Dengan demikian asimilasi adalah bagian dari proses kognitif, denga
proses itu individu secara kognitif megadaptsi diri terhadap lingkungan dan
menata lingkungan itu.
3. Akomodasi
Akomodasi dapat
diartikan sebagai penciptaan skemata baru atau pengubahan skemata lama.
Asimilasi dan akomodasi terjadi sama-sama saling mengisi pada setiap individu
yang menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Proses ini perlu untuk pertumbuhan
dan perkembangann kognitif. Antara asimilasi dan akomodasi harus ada keserasian
dan disebut oleh Piaget adalah keseimbangan.
Untuk keperluan
pegkonseptualisasian pertumbuhan kognitif /perkembangan intelektual Piaget
membagi perkemabngan ini ke dalam 4 periode yaitu :
Ø Periode
Sensori motor (0-2,0 tahun)
Pada periode ini tingksh laku anak bersifat motorik dan
anak menggunakan system penginderaan untuk mengenal lingkungannya untu mengenal
obyek.
Ø Periode Pra
operasional (2,0-7,0 tahun)
Pada periode ini anak bisa melakukan sesuatu sebagai
hasil meniru atau mengamati sesuatu model tingkah laku dan mampu melakukan
simbolisasi.
Ø Periode
konkret (7,0-11,0 tahun)
Pada periode ini anak sudah mampu
menggunakan operasi. Pemikiran anak tidak lagi didominasi oleh persepsi, sebab
anak mampu memecahkan masalah secara logis.
Ø Periode
operasi formal (11,0-dewasa)
Periode operasi fomal merupakan
tingkat puncak perkembangan struktur kognitif, anak remaja mampu berpikir logis
untuk semua jenis masalah hipotesis, masalah verbal, dan ia dapat menggunakan
penalaran ilmiah dan dapat menerima pandangan orang lain.
Piaget
mengeukakan bahwa ada 4 aspek yang besar yang ada hubungnnya dengan
perkembangan kognitif :
a. Pendewasaaan/kematangan,
merupakan pengembanagn dari susunan syaraf.
b. Pengalaman
fisis, anak harus mempunyai pengalaman dengan benda-benda dan
stimulus-stimulusdalam lingkungan tempat ia beraksi terhadap benda-benda itu.
c. Interaksi
social, adalah pertukaran ide antara individu dengan individu
d. Keseimbangan,
adalah suatu system pengaturan sendiri yang bekerja untuk menyelesaikan peranan
pendewasaan, penglaman fisis, dan interksi social.
0 komentar
Silahkan mengeluarkan unek** yang baik,and jangan nyepam ya..!
Terimakasih udah mampir..!