Teori Belajar Kognitif dan Penerapannya



TEORI BELAJAR KOGNITIF DAN PENERAPANNYA

A. Pengertian Teori Belajar Kognitif
Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga membantu kita semua memahami proses inhern yang kompleks dari belajar. Ada tiga perspektif utama dalam teori belajar, yaitu Behaviorisme, Kognitivisme, dan Konstruktivisme. Pada dasarnya teori pertama dilengkapi oleh teori kedua dan seterusnya, sehingga ada varian, gagasan utama, ataupun tokoh yang tidak dapat dimasukkan dengan jelas termasuk yang mana, atau bahkan menjadi teori tersendiri. Namun hal ini tidak perlu kita perdebatkan. Yang lebih penting untuk kita pahami adalah teori mana yang baik untuk diterapkan pada kawasan tertentu, dan teori mana yang sesuai untuk kawasan lainnya. Pemahaman semacam ini penting untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Kognitivis mengalihkan perhatiannya pada “otak”. Mereka berpendapat bagaimana manusia memproses dan menyimpan informasi sangat penting dalam proses belajar. Akhirnya proposisi (gagasan awal) inilah yang menjadi fokus baru mereka. Kognitivisme tidak seluruhnya menolak gagasan behaviorisme, namun lebih cenderung perluasannya, khususnya pada gagasan eksistensi keadaan mental yang bisa mempengaruhi proses belajar. Pakar psikologi kognitif modern berpendapat bahwa belajar melibatkan proses mental yang kompleks, termasuk memori, perhatian, bahasa, pembentukan konsep, dan pemecahan masalah. Mereka meneliti bagaimana manusia memproses informasi dan membentuk representasi mental dari orang lain, objek, dan kejadian. Dalam makalh ini akan dijabarkan teori belajar kognitif yang dikemukakan oleh Tolman, Gagne dan Piaget.

B. Teori Belajar Kognitif Menurut Tolman
            Para tokoh behavioris seperti, Pavlov, Watson, Guthrie, dan Hull, mengatakan bahwa asosiasi-asosiasi stimulus respons itu yang dipelajari dan melibatkan hubungan S-R yang komplek. Atau belajar adalah perubahan dengan tingkah laku sebagai dari interaksi antara lain stimulus dan respons. Menurut Tolman, belajar adalah mengenal tentang situasi. Organisme belajar tentang sesuatu yang ada di sekitarnya, jika ia berbalik ke kiri, ia akan menemukan sesuatu. Jika ia berbalik ke kanan, ia temukan juga sesuatu yang lain. Hal ini terjadi secara berangsur-angsur, sehingga ia dapat membuat kesimpulan sendiri. Dengan demikian, menurut Tolman, belajar itu akan sia-sia jika hanya dihafal. Sehingga dapat dikatakan bahwa belajar adalah merupakan pengorganisasian perbuatan (tingkah laku) untuk meraih maksud.
            1. Konfirmation versus Reinforcement
                                konsep penguatan (reinforcement) adalah tidak penting bagi Tolman sebagai variable pembelajaran. Akan tetapi, Tolman menyebutkan hal tersebut sebagai konfirmasi, di mana behavioris menyebutnya Rinforcement. Selama perkembangan sebuah peta kognitif, harapan atau dugaan-dugaan dimanfaatkan oleh sebuah organisme. Dugaan adalah sebuah firasat tentang sesuatu dan fungsinya. Di mana awal sebuah dugaan bersifat sementara yang disebut hipotesis, yang berasal baik dari pengalaman maupun bukan. Hipotesis yang telah dikonfirmasikan akan dipakai. Sedangkan hipotesis yang salah akan dibuang. Yang harus diperhatikan adalah proses penerimaan maupun penolakan hipotesis merupakan sebuah proses kognitif bukan termasuk tindakan behavior.[9] Bisa dikatakan bahwa konfirmasi itu semacam berhipotesis, sebab dalam konfirmasi itu ada harapan menemukan apa menuju apa dengan menggunakan prinsip dasar bahwa sebenarnya tingkah laku itu memiliki tujuan.
            2. Vicarious Trial and Error
Tolman memperhatikan karakteristik tikus dalam kebingungan (jalan simpag siur). Sehingga ia bisa memanfaatkannya sebagai pendukung untuk menafsirkan teori belajarnya. Seekor tikus sering berhenti pada suatu titik tertentu dan memandang sekelilingnya seolah-olah berpikir tentang berbagai alternatif yang ada. Kegiatan seperti ini (berhenti dan memandang sekelilingnya) yang disebut Tolman sebagai Vicarious Trial and Error, sehingga organisme itu bisa membuat kesimpulan sendiri dari berbagai kegiatan yang telah dilakukannya.
3. Learning Versus Performance
Menurut Tolman, kita mengetahui banyak hal tentang lingkungan di sekitar kita, akan tetapi, kita hanya akan melaksanakan informasi atau pengetahuan itu ketika kita harus melakukannya. Dalam status kebutuhan (need), organisme memanfaatkan apa yang telah dipelajarinya hingga sampai pada real testing yang bisa mengurangi kebutuhan itu. Misalnya, ada dua kran air dalam rumah kita, dalam jangka waktu yang lama, kita tidak pernah memperhatikan atau meminumnya hingga suatu saat terasa sangat haus. Secara spontan kita akan meminum salah satu dari keduanya. Dari sini, kita akan mengetahui bagaimana menemukan air minum itu tanpa harus menunggu hingga terasa haus.
4. Latent Learning
Latent learning (pembelajaran laten) adalah pembelajaran yang tidak langsung dalam kinerja seseorang. Dengan kata lain, pembelajaran laten merupakan suatu jenis pembelajaran dimana hasil pembelajaran tersebut tidak langsung terlihat; hal ini terjadi tanpa suatu penguatan yang nyata. Konsep tentang latent learning sangat penting bagi Tolman, dan dia merasa sukses dalam mendemonstrasikan eksistensinya.
5. Reinfocement Expectancy
Menurut Tolman, ketika kita belajar, kita menganalisa “situasi”. Term understanding selalu ada hubungannya dengan Tolman sebagaimana para behavioris. Dalam situasi problem-solving, kita belajar untuk memperoleh cara yang paling paktis. Kita belajar untuk mengharapkan terjadinya persitiwa tertentu, mengikuti peristiwa yang lain. Seekor binatang mengharapkan jika ia pergi ke suatu tempat tertentu, maka ia akan menemukan reinforcer tertentu. Manurut pada ahli teori S-R, bahwa merubah reinforcer dalam teori belajar tidak akan mengganggu prilaku sepanjang kuantitas reinforcement tidak dirubah secara drastis. Sedangkan menurut Tolman, ia memprediksikan, jika reinforcer dirubah, prilaku akan terganggu, karena reinforcement expectancy merupakan bagian dari apa yang diharapkan.
C. SIX KINDS OF LEARNING
Dalam artikelnya (1949), "There is More than One Kind of Learning", Tolman membagi belajar menjadi enam macam.
  1. Cathexes
Cathexis (jamak chatexes) mengacu pada kecenderungan belajar untuk berhubungan dengan obyek tertentu serta drive state tertentu. Misalnya, makanan tertentu yang tersedia bisa jadi mencukupi rasa lapar seseorang yang hidup di suatu negeri. Masyarakat yang hidup di suatu negeri, di mana ikan selalu dimakan akan cenderung untuk dicari guna memenuhi rasa laparnya. Individu-individu yang sama akan menghindari daging sapi atau spageti karena bagi mereka, makanan itu tidak dihubungkan dengan kepuasan rasa lapar. Karena stimuli tertentu itu dihubungkan dengan kepuasan drive tertentu, sehingga stimuli-stimuli itu akan cenderung untuk dicari-cari ketika drive itu terulang.
  1. Equivalence Beliefs
Ketika sebuah "subgoal" mempunyai pengaruh yang sejenis dengan dirinya, maka subgoal itu dikatakan mendasari sebuah equivalence belief. Hal seperti ini hamper sesuai dengan yang disebut oleh para ahli teori S-R sebagai secondary reinforcement. Tolman (1949) menganggap bahwa jenis belajar ini termasuk dalam typical "social drives" dari pada physiological drives. Misalnya, sepanjang dapat dipertunjukkan bahwa dengan need siswa untuk cinta dan penerimaan yang baik tanpa harus menceritakan tentang nilai ataupun kualitasnya, kemudian kita ingin mempunyai bukti untuk equivalence belief.
Di sini ada sedikit perbedaan antara Tolman dan para ahli teori S-R, kecuali pada sebuah fakta di mana Tolman menyebut "love reduction" sebagai reinforcement, dan para teori S-R lebih suka menyebutnya sebagai penurunan drive seperti rasa haus atau lapar.
  1. Field Expectancies
Ini dikembangkan dengan cara yang sesuai menurut perkembangan peta kognitif. Sebuah organisme belajar tentang obyek dan fungsinya. Ketika melihat suatu tanda tertentu ia mengharapkan sign yang lain akan mengikutinya. Pengetahuan umum tentang lingkungan digunakan untuk menerangkan latent learning dan place learning. Hal seperti ini bukan merupakan S-R learning melainkan S-S learning atau sign-sign learning. Di mana ketika seekor binatang melihat suatu sign, maka ia belajar dan berharap akan diikuti oleh yang lain. Satu-satunya "reinforcement" yang penting untuk jenis belajar seperti ini adalah konfrmasi sebuah hipotesis.
  1. Field-Cognition Modes
Jenis belajar seperti ini kurang diminati oleh Tolman. Ini adalah sebuah strategi, cara pendekatan untuk situasi problem-solving. Hal ini merupakan sebuah tendensi untuk menyusun perceptual field dalam bentuk tertentu. Tolman mencurigai bahwa kecenderungan ini adalah bawaan, tetapi bisa dimodifikasi dengan pengalaman. Sesungguhnya hal paling utama pada strategi yang bekerja dalam pemecahan masalah adalah akan dicoba pada situasi yang sama pada masa yang akan datang. Seperti itulah field cognition modes yang efektif, atau problem-solving, yaitu memindahkan permasalahan-permasalahan yang berhubungan.
  1. Drive Discrimination
Drive discrimination hanya mengacu kepada fakta bahwa organisme dapat menentukan status drive mereka sendiri. Oleh karena itu, mereka mampu merespon sewajarnya. Contohnya, telah ditemukan bahwa seekor binatang dapat dilatih untuk masuk searah dalam T-maze, ketika mereka marasa lapar ataupun haus.
  1. Motor Patterns
Tolman menunjukkan bahwa teorinya sebagian besar itu terkait dengan ide asosiasi bukan terkait dengan ide yang berhubungan dengan prilaku. Motor patern learning ini merupakan suatu usaha untuk memecahkan sebuah masalah. Tolman menerima interpretasi Guthrie tentang bagaimana respon bisa menjadi hubungan dengan stimuli.

B. teori belajar menurut Gagne
            Pembelajaran menurut Gagne. adalah seperangkat    proses yang bersifat internal bagi setiap individu sebagai hasil transformasi rangsangan yang berasal dari persitiwa eksternal di lingkungan individu yang bersangkutan (kondisi).  Agar kon-disi eksternal itu lebih bermakna sebaiknya diorganisasikan dalam urutan persitiwa pembelajaran (metode atau perlakuan).  Selain itu, dalam usaha mengatur kondisi eksternal dierlukan berbagai rangsangan yang dapat diterima oleh panca indra, yang dikenal dengan nama media dan sumber belajar.
Pembelajaran menurut Gagne hendaknya mampu menimbulkan persitiwa belajar dan proses kognitif.  Peristiwa belajar (instructional events) adalah persitiwa dengan urutan sebagai berikut : menimbulkan minat dan memusatkan perhatian agar peserta didik siap menerima pelajaran, menyampaikan tujuan pembelajaran agar pseerta didik tahu apa yang diharapkan dala pembelajaran itu, mengingat kembali konsep/prinsip yang telah dipelajari sebelumnya yang merupakan prasyarat, menyampaikan materi pembelajaran, memebrikan bimbingan atau pedoman untuk belajar, membangkitkan timbulnya unjuk kerja peserta didik, memberikan umpan balik tentang kebenaran pelaksanaan tugas, mengukur/evaluasi belajar, dan memperkuat referensi dan transfer belajar.
sembilan peristiwa pembelajaran Gagne dalam bentuk bagan sebagai berikut:


No
Peristiwa Pembelajaran
Penjelasan
1
Menimbulkan minat dan memusatkan perhatian
Peserta didik tidak selalu siap dan fokus pada awal pembelajaran.  Guru perlu menimbulkan minat dan perhatian anak didik melalui penyampaian sesuatu yang baru, aneh, kontradiktif atau kompleks
2
Menyampaikan tujuan pembelajaran
Hal ini dilakukan agar peserta didik tidak menebak-nebak apa yang diharapkan dari dirinya oleh guru.  Mereka perlu mengetahui unjuk kerja apa yang akan digunakan sebagai indikator penguasaan pengetahuan atau keterampilan
3
Mengingat kembali konsep/prinsip yang telah dipelajari yang merupakan prasyarat
Banyak pengetahuan baru yang merupakan kombinasi dari konsep, prinsip atau informasi yang sebelumnya telah dipelajari, untuk memudahkan mempelajari materi baru
4
Menyampaikan materi pembelajaran
Dalam menjelaskan materi pembelajaran, menggunakan contoh, penekanan untuk menunjukkan perbedaan atau bagian penting, baik secara verbal maupun menggunakanfitur tertentu (warna, huruf miring, garisbawahi, dsb)
5
Memberikan bimbingan atau pedoman untuk belajar
Biimbingan diberikan melalui pertanyaan-pertanyaan yang membiimbing proses/alur pikir peserta didik.  Perlu diperhatikan agar bimbingan tidak diberikan secara berlebihan
6
Memperoleh unjuk kerja peserta didik
Peserta didik diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari, baik untuk myakinkan guru maupun dirinya sendiri
7
Memberikan umpan balik tentang kebenaran pelaksanaan tugas
Umpan balik perlu diberikan untuk membantu peserta didik mengetahu sejauh mana kebenaran atau unjuk ekrja yang dihasilkan
8
Mengukur/mengevaluasi hasil belajar
Pengukuran hasil belajar dapat dilakukan melalui tes maupun tugas.  Perlu diperhatikan validitas dan reliabilitas tes yang diberikan dari hasil observasi guru
9
Memperkuat referensi dan transfer belajar
Referensi dapat ditingkatkan melalui latihan berkali-kali menggunakan prinsip yang dipelajari dalam konteks yang berbeda.  Mondisi/situasi pada saat transfer belajar diharapkan terjadi, harus berbeda.  Memecahkan masalah dalam suasana di kelas akan sangat berbeda dengan susasana riil yang mengandung resiko
Menurut Gagne, belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi yang diperlukan untuk mengembangkan proses yang logis, sehingga perkembangan perilaku (behaviour) adalah hasil dari efek belajar yang kumulatif serta tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar bersifat kompleks.
Gagne juga mengkaji masalah belajar yang kompleks dan menyimpulkan bahwa informasi dasar atau keterampilan sederhana yang dipelajari mempengaruhi terjadinya belajar yang lebih rumit.  Menurut Gagne ada lima kategori kemampuan belajar, yaitu
a.         keterampilan intelektual atau kemmepuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungannya masing-masing dengan penggunaan lambang.  Kemampuan ini meliputi:
(1)     asosiasi dan mata rantai (menghubungkan suatu lambang dengan suatu fakta)
(2)     diskriminasi (membedakan suatu lambang dengan lambang lain)
(3)     konsep (mendefinisikan suatu pengertian atau prosedur)
(4)     kaidah (mengkombinasikan beberapa konsep dengan suatu cara)
(5)     kaidah lebih tinggi (menggunakan beberapa kaidah dalam memecahkan suatu masalah)
b.         strategi/siasat kognitif yaitu keterampilan peserta didik untuk mengatur proses internal perhatian, belajar, ingatan dan pikiran
c.         informasi verbal, yaitu kemampuan untuk mengenal dan menyimpan nama atau istilah, fakta, dan serangkaian fakta yang merupakan kumpulan pengetahuan
d.         keterampilan motorik, yaitu keterampilan mengorganisasikan gerakan sehingga terbentuk keutuhan gerakan yang mulus, teratur, dan tepat waktu
e.         sikap, yaitu keadaan dalam diri peserta didik yang mempengaruhi (bertindak sebagai moderator atas pilihan untuk bertindak).  Sikap ini meliputi komponen afektif, kognitif dan psikomotorik.
Untuk mempermudah pembahasan kelima kemampuan belajar ini disajikan dalam tabel sebagai berikut :
No
Jenis hasil belajar
Deskripsi kemampuan
Contoh
1
Kemampuan intelektual
Menerapkan  konsep dan peraturan untuk mengatasi masalah dan ide-ide untuk menghasilkan produk
Mentakhrij hadits untuk mengetahui validitas hadits untuk selanjutnya digunakan sebagai dasar penentuan sebuah fatwa agama

2
Strategi kognitif
Mengelola pikiran dan proses belajar seseorang
Secara selektif menggunakan pendekatan ushul fiqih, ilmu hadits dan ilmu tafsir dalam beristinbath hukum mengenai suatu permasalahan kontemporer yang belum pernah dibahas sebelumnya
3
Informasi verbal
Menyebut, menceritakan, atau menggambarkan informasi yang telah tersimpan sebelumnya
Menyebutkan kaidah-kaidah ushul fiqih
4
Kemampuan keterampilan motorik (skill)
Melaksanakan suatu tindakan dengan tepat dan cepat
Seorang yang hafal al-Quran segera dapat membenarkan bacaan ketika terjadi kesalahan yang tidak disengaja
5
Sikap
Menentukan tidakan pribadi
Dalam sebuah majelas taklim, seorang ulama mendengarkan pertanyaan umat mengenai berbagai masalah agama yang mereka hadapi dan dapat merespons dalam majelis tersebut
Gagne juga menyatakan bahwa untuk dapat memperoleh dan menguasai kelima kategori kemampuan belajar tersebut di atas, ada sejumlah kondisi yang perlu diperhatikan oleh pendidik.  Ada kondisi belajar internal yang timbul dari memori peserta didik sebagai hasil belajar sebelumnya, dan ada sejumlah kondisi eksternal ditinjau dari peserta didik.  Kondisi eksternal ini bila diatur dan dikelola dengan baik merupakan usaha untuk membelajarkan, misalnya pemanfaatan atau penggunaan berbagai media dan sumber belajar.
Berdasarkan kondisi internal dan eksternal tersebut, Gagne menjelaskan bagaimana proses belajar itu terjadi.  Model proses belajar yang dikembangkan oleh Gagne didasarkan  pada teori pemrosesan informasi , yaitu sebagai berikut:
a.         Rangsangan yang diterima panca indera akan disalurkan ke pusat syaraf dan dikenal sebagai informasi.
b.         Informasi dipilih secara selektif, ada yang dibunag, ada yang disimpan dalam memori jangka pendek, dan ada yang disimpan dalam memori jangka panjang.
c.                      Memori-memori ini tercampur dengan memori yang telah ada sebelumnya, dan dapat diungkap kembali setelah dilakukan pengolahan.
Didasarkan atas teori pemrosesan infromasi tersebut, Gane mengemukakan bahwa suati tindakan belajar meliputi delapan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh siswa dan guru, dan setiap fase ini dipasangkan dengan suatu proses internal yang terjadi dalam pikiran siswa.
C. teori belajar menurut piaget
      Teori kognitif dari Jean Piaget ini masih tetap diperbincangkan dan diacu dalam bidang pendidikan. Teori ini mulai banyak dibicarakan lagi kira-kira permulaan tahun 1960-an. Pengertian kognisi sebenarnya meliputi aspek-aspek struktur intelek yang digunakan untuk mengetahui sesuatu. Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif bukan hanya hasil kematangan organisme, bukan pula pengaruh lingkungan semata, melainkan hasil interaksi diantara keduanya.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu 1) kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf; 2) pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme dengan dunianya; 3) interaksi social, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan social, dan 4) ekullibrasi, yaitu adanya kemampuan atau system mengatur dalam diri organisme agar dia selalu mempau mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
System yang mengatur dari dalam mempunyai dua factor, yaitu skema dan adaptasi. Skema berhubungan dengan pola tingkah laku yang teratur yang diperhatikan oleh organisma yang merupakan akumulasi dari tingkah laku yang sederhana hingga yang kompleks. Sedangkan adaptasi adalah fungsi penyesuaian terhadap lingkungan yang terdiri atas proses asimilasi dan akomodasi.
Piaget mengemukakan penahapan dalam perkembangan intelektual anak yang dibagi ke dalam empat periode, yaitu :
Periode sensori-motor ( 0 – 2,0 tahun )
Periode pra-operasional (2,0 – 7,0 tahun )
Periode operasional konkret ( 7,0 – 11,0 tahun )
Periode opersional formal ( 11,0 – dewasa )
            Tujuan teori Piaget adalah untuk menjelaskan mekanisme dan proses perkembangan intelektual sejak masa bayi dan kemudian masa kanak-kanak yang berkembang menjadi seorang individu yang dapat bernalar dan berpikir menggunakan hipotesis-hipotesis.
Piaget menyimpulkan dari penelitiannya bahwa organisme bukanlah agen yang pasif dalam perkembangan genetik. Perubahan genetic bukan peristiwa yang menuju kelangsungan hidup suatu organisme melainkan adanya adaptasi terhadap lingkungannya dan adanya interaksi antara organisme dan lingkungannya. Dalam responnya organisme mengubah kondisi lngkungan, membangun struktur biologi tertentu yang ia perlukan untuk tetap bisa memoertahankan hidupnya.perkembangan kognitif yang dikembangkan Piaget banyak dipengaruhi oleh pendidikan awal Piaget dalam bidang biologi. Dari hasil penelitiannya dalam bidang biologi. Ia sampai pada suatu keyakinan bahwa suatu organisme hidup dan lahir dengan dua kecenderunngan yang fundamental, yaitu kecenderunag untuk :
1. beradaptasi
2. organisasi ( tindakan penataan )
untuk memahami proses-proses penataan dan adaptasi terdapat empat konsep dasar, yaitu sebagai berikut :
1. Skema
istilah skema atau skemata yang diberikan oleh Piaget untuk dapat menjelaskan mengapa seseorang memberikan respon terhadap suatu stimulus dan untuk menjelaskan banyak hal yang berhubungan dengan ingatan.
Skema adalah struktur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk mengadaptasi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan ini secara intelektual.
Adaptasi terdiri atas proses yang saling mengisi antara asimilasi dan akomodasi
2. Asimilasi
asimilasi itu suatu proses kognitif, dengan asimilasi seseorang mengintegrasikan bahan-bahan persepsi atau stimulus ke dalam skema yan ada atau tingkah laku yang ada. Asimilasi berlangsung setiap saat. Seseorang tidak hanya memperoses satu stimulis saja, melainkan memproses banyak stimulus. Secara teoritis, asimilasi tidak menghasilkan perubahan skemata, tetapi asimilasi mempnagruhi pertumbuhan skemata. Dengan demikian asimilasi adalah bagian dari proses kognitif, denga proses itu individu secara kognitif megadaptsi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan itu.
3. Akomodasi
Akomodasi dapat diartikan sebagai penciptaan skemata baru atau pengubahan skemata lama. Asimilasi dan akomodasi terjadi sama-sama saling mengisi pada setiap individu yang menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Proses ini perlu untuk pertumbuhan dan perkembangann kognitif. Antara asimilasi dan akomodasi harus ada keserasian dan disebut oleh Piaget adalah keseimbangan.
Untuk keperluan pegkonseptualisasian pertumbuhan kognitif /perkembangan intelektual Piaget membagi perkemabngan ini ke dalam 4 periode yaitu :
Ø Periode Sensori motor (0-2,0 tahun)
Pada periode ini tingksh laku anak bersifat motorik dan anak menggunakan system penginderaan untuk mengenal lingkungannya untu mengenal obyek.
Ø Periode Pra operasional (2,0-7,0 tahun)
Pada periode ini anak bisa melakukan sesuatu sebagai hasil meniru atau mengamati sesuatu model tingkah laku dan mampu melakukan simbolisasi.
Ø Periode konkret (7,0-11,0 tahun)
Pada periode ini anak sudah mampu menggunakan operasi. Pemikiran anak tidak lagi didominasi oleh persepsi, sebab anak mampu memecahkan masalah secara logis.
Ø Periode operasi formal (11,0-dewasa)
Periode operasi fomal merupakan tingkat puncak perkembangan struktur kognitif, anak remaja mampu berpikir logis untuk semua jenis masalah hipotesis, masalah verbal, dan ia dapat menggunakan penalaran ilmiah dan dapat menerima pandangan orang lain.
Piaget mengeukakan bahwa ada 4 aspek yang besar yang ada hubungnnya dengan perkembangan kognitif :
a. Pendewasaaan/kematangan, merupakan pengembanagn dari susunan syaraf.
b. Pengalaman fisis, anak harus mempunyai pengalaman dengan benda-benda dan stimulus-stimulusdalam lingkungan tempat ia beraksi terhadap benda-benda itu.
c. Interaksi social, adalah pertukaran ide antara individu dengan individu
d. Keseimbangan, adalah suatu system pengaturan sendiri yang bekerja untuk menyelesaikan peranan pendewasaan, penglaman fisis, dan interksi social.


0 komentar

Silahkan mengeluarkan unek** yang baik,and jangan nyepam ya..!
Terimakasih udah mampir..!